Sedikit Ide Untuk Negri Tercinta

INOVASI DALAM MEMBANGUN SEBUAH DESA

Membangun sebuah desa memang bukanlah perkara mudah, namun bukan juga hal yang mustahil untuk dilakukan.

Sebuah Desa, sejatinya merupakan tempat berpusatnya berbagai kegiatan dan aktivitas seluruh elemen dan komponen masyarakat di dalam pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan umum. [ DR. Yansen Tipa Padan, M.Si. – Buku Revolusi Dari Desa; Saatnya Dalam Pembangunan Percaya Kepada Rakyat]. 

Indonesia merupakan negara dengan ribuan desa. Membangun Indonesia tidak lepas dari membangun peradaban di desa,  karena dari desa lah sumber kebutuhan pokok yang kita beli di gerai-gerai supermarket berasal. Mulai dari sayuran mentah hingga produk olahan dari hasil bumi. Sayangnya pembangun untuk desa-desa seringkali masih terbengkalai. Letaknya yang terpencil, sumber daya manusia yang banyak terpakai di kota-kota besar, ditambah dengan banyaknya jumlah desa di Indonesia yang membuat pembangunan di desa-desa seringkali terabaikan. Untuk itu, kita sebagai remaja Indonesia diharapkan dapat memberikan ide-ide atau gagasan dalam mengembangkan desa tersebut. Tidak mesti semua desa di Indonesia, tapi mulailah dari desa di sekitar tempat kita berasal.

Sebagai contoh, saya akan memberikan sedikit inovasi yang diharapkan dapat membantu dalam pembangunan desa di sekitar tempat saya berasal. Meskipun saya masih tinggal di daerah ‘kota’nya, tetapi saat pergi ke daerah pedalaman, kondisi desa-desa yang ada di sekitar tempat tinggal saya masih sedikit memprihatinkan. Saya akan menceritakan kondisi masyarakat yang ada di desa Padang Tikar, Batu Ampar, dan Kubu. Desa-desa tersebut terletak di pulau kecil yang ada di dekat Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Transportasi di Pulau Kalimantan lebih didominasi menggunakan jalur sungai ketimbang jalan raya. Hal ini dikarenakan proyek pembangunan jalan raya antar-daerah masih belum merata. Apalagi banyak terdapat pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Kalimantan, yang jika ingin ke sana harus menggunakan transportasi laut. Sungai yang dilalui pun lumayan panjang dan lebar. Untuk itu perahu atau speedboat selalu tersedia untuk mengantarkan masyarakat yang ingin pergi kesana. Hanya saja, pemerintah masih belum membangun stasiun pengisian bahan bakar khusus, sehingga para nelayan dan jasa penyewaan transportasi harus membeli eceran guna memenuhi bahan bakar minyak agar dapat melaut. Mereka pun harus berlomba-lomba untuk mendapatkan bahan bakar, dikarenakan keterbatasan stok yang membuat minyak cepat habis. Akibatnya terkadang para nelayan tidak bisa melaut dan sering terjadi antrian minyak yang cukup panjang.

Harapan saya adalah, saya berharap pemerintah lebih memerhatikan nasib para nelayan yang tidak kebagian jatah bahan bakar dengan mulai membangun stasiun pengisian bahan bakar di titik-titik yang sering terjadi antrian pengisian bahan bakar minyak dan stok bahan bakar yang disediakan juga lebih banyak. Selain itu saya juga berharap, jika memungkinkan pemerintah dapat membuat alternatif transportasi lain selain laut (sungai), yaitu darat dan udara. Untuk transportasi darat, pemerintah mungkin bisa membangun jembatan yang dapat menghubungkan pulau-pulau kecil antar-daerah. Sedangkan untuk tranportasi laut, beberapa tahun yang akan datang semoga rancangan dan gagasan pembangunan pangkalan udara atau landasan pacu sudah dirundingkan agar mempersingkat waktu tempuh perjalanan.



Saat tiba di desa Padang Tikar, para pendatang disajikan bentuk-bentuk rumah yang terbuat dari kayu, ciri khas rumah pedesaan. Jika pemerintah setempat lebih teliti, saya harap rumah-rumah dan area yang ada di dekat pelabuhan lebih diperhatikan, dengan kata lain tata letaknya yang jika mendapat perhatian lebih, dapat menjadi daya tarik sendiri bagi turis-turis lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi desa ini lagi. Yang saya maksud dengan lebih diperhatikan disini adalah warna cat dinding untuk rumah-rumah, yang kalau bisa di cat ulang dan lebih berwana-warni. Kita bisa mencontoh perencanaan wilayah pedesaan di eropa sana. Tidak perlu merombak ulang dengan membangun rumah-rumah yang baru, hanya cukup dengan mengadakan event khusus yang dapat membuat masyarakat sekitar lebih memperhatikan warna cat dinding rumahnya, dan RT setempat yang cat dinding  rumah warganya lebih tertata mendapatkan reward atau penghargaan. Berikut contoh tata letak wilayah yang dilalui sungai yang ada di eropa, yang saya harapkan dapat diterapkan di desa ini.


Jika nantinya dekorasi desa sudah dapat menjadi daya tarik bagi para pendatang, masih ada permasalahan lain ini desa ini, salah satunya yaitu listrik yang belum merata. Masyarakat setempat di desa ini hanya dapat menikmati listrik selama 12 jam, yaitu dari jam 6 petang hingga jam 6 pagi. Masih terjadinya pemadaman listrik ini dikarenakan kurangnya sumber daya listrik yang disediakan. Alangkah baiknya demi mengatasi kurangnya sumber daya listrik yang disediakan, pemerintah desa juga bekerja sama dengan pemerintah pusat serta PLN untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya, (terlebih desa ini terletak di sekitar Pulau Kalimantan yang notabene-nya dilalui jalur khatulistiwa sehingga tidak kekurangan energi matahari) khususnya di instansi atau tempat-tempat yang sangat memerlukan listrik, seperti puskesmas, pos penjagaan keamanan atau kantor polisi, sekolah, kantor-kantor milik pejabat pemerintah, lampu jalan, dan lain-lain.

Sekian ide dan gagasan yang dapat saya sampaikan dalam membangun sebuah desa, kritik dan sarannya akan saya terima, dan semoga bermanfaat. J


Komentar

Postingan Populer